Meretas Permasalahan Islam di Dunia

Mentranfer Kurikulum Pesantren Terhadap Madrasah/ Sekolah

Kurikulum  menjadi permasalahan yang sangat aktual dalam dunia pendidikan, karena kurikulum sendiri tidak lepas  dari tantangan. Tantangan kurikulum tidak hanya melibatkan pendidikan saja, tapi faktor eksternal yang lain juga berpengaruh dalam kurikulum diantara tantangan kurikulum yang mendasar adalah tantangan politik, dunia kerja dan karakter, sehingga kurikulum yang telah dirumuskan oleh menteri pendidikan mengalami pro dan kontra bagi praktisi pendidikan. Misal ketika kurikulum yang baru disosialisasikan pada lembaga pendidikan, sebagian besar para praktisi khususnya guru tidak bisa menerima dan sulit memenuhi target yang dituntut oleh kurikulum, akhirnya pada proses pembelajaran guru hanya terfokus pada pemenuhan tuntutan tersebut, kurang memperhatikan pendidikan karakter peserta didik sehingga peserta didik tidak mempunyai moral dalam bermasyarakat maupun beragama, karena guru disibukkan dengan memenuhi tuntutan bukan mendidik yang seharusnya

Sebenarnya model kurikulum CBSA, KBK, KTSP yang dirumuskan oleh kemendikbud  sudah baik, dengan artian kurikulum berjalan secara proposional. Demikian pula kurikulum KTSP sebenarnya secara tataran teoritisnya sudah cukup memenuhi kebutuhan pendidikan yaitu dengan memperhatikan kompetensi daerah sekitar, akan tetapi dalam dunia praktisnya KTSP malah mengebiri pendidikan itu sendiri. Guru diberikan beban yang sangat banyak sementara problem guru dalam mengelola lembaga tidak diperhatikan.

kesalahan tersebut tidak bisa penuhnya diserahkan kepada perancang kurikulum. Tapi ada kalanya sang praktisi pendidikan sendiri kurang mampu mengembangkannya, karena keterbatasan berbagai hal, termasuk sarana dan prasarana. Permasalahan kurikulum tersebut seharusnya menjadi perhatian bagi pengelola lembaga pendidikan.

Ternyata Dari masa kemasa arah kurikulum semakin mengalami pro dan kontra. Untuk itu para pengelola lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya mengarahkan perhatiannya pada beban mengajar(Proses Pembelajaran) sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum. Akan tetapi aktivitas peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran dan  lingkungan sekolah  juga perlu diperhatikan. 

pemaknaan  kurikulum tidak hanya sebatas proses pembelajaran didalam kelas,  akan tetapi dalam pengertian modern kurikulum mempunyai pengertian yang sangat luas yaitu seluruh aktivitas yang diprogramkan oleh lembaga untuk memperoleh pengalaman siswa dalam belajar.

Oleh sebab itu kurikulum harus dicapai dengan dominan, jangan sampai peserta didik menjadi korban proyek dari kurikulum itu sendiri. Untuk mencapai tujuan kurikulum yang sangat mulia tersebut para pengelola lembaga pendidikan harus membangun ciri khas tertentu pada sebuah lembaga pendidikan yang ia kelola, salah satu ciri khas yang patut disisipkan pada lembaga pendidikan adalah kurikulum pesantren.

Kurikulum pesantren sendiri tidak mempunyai aturan yang jelas, dengan artian setiap pesantren mempunyai kebijakan tersendiri, akan tetapi ada ciri khas setiap pesantren yang sangat dominan untuk mencapai tujuan pendidikan, diantaranya:

1. Segregasi (Pemisahan) siswa siswi
Selama ini awal mula kerusakan moral peserta didik berada pada percintaan, sehingga  sering djumpai pada pelajar tidak dapat menyelesaikan studinya. Segregasi studi antara siswa dan siswa menjadi ciri khas bagi pesantren salaf, sehingga pesantren salaf sendiri dapat menciptakan lingkugan yang aman. Hendaknya ciri khas ini menjadi perhatian bagi pengelola lembaga pendidikan terutama madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

2.  Bersystem asrama
Asrama adalah tempat tinggal menetap bagi peserta didik. Selama ini sangat jarang sekali sekolah menerapkan system asrama, tidak lain tujuan ini adalah agar peserta didik tidak bersentuhan dengan dunia pergaulan bebas dan lebih konsen dalam menjalani belajar sama halnya yang terjadi di pesantren salaf. 

3. Berorientasi bimbingan akhlak
Pesantren sangat kental dengan pendidikan akhlak, bukan hanya berupa teori dari kitab-kitab klasik akan tetapi dalam secara pelaksanaannya pesantren membimbing secara langsung bagaimana ia bertindak baik dalam lingkungan pesantren maupun dalam lingkungan masyarakat luas. Hendaknya bimbingan akhlak ini dijabarkan oleh pengelola lembaga pendidikan khususnya madrasah kedalam pengembangan diri  yang ada pada salah satu muatan kurikulum KTSP.

4. Menanamkan nilai-nilai barokah
Salah hal yang mengendalikan para santri untuk bertingkah laku adalah nilai barokah. Nilai barokah dalam pesantren sebagai kepercayaan yang absolut dan tidak bisa diganggu gugat oleh ajaran apapun, sehingga nilai baraokah memberikan efek yang sangat besar untuk mencapai tujuan pendidikan islam. Andaikan nilai barokah ini dapat diterapkan terhadap lembaga pendidikan formal niscaya para siswa dapat tawadu’ kepada gurunya, kawannya, dan menjaga sarana prasarana lembaga lembaga pendidikan itu sendiri.

Komponen-komponen Kurikulum Pesantren
Komponen-komponen kurikulum di pesantren sebenarnya cukup sederhana, akan tetapi semua komponen kurikulum dipesantren dapat dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut dapat tercipta dengan baik karena pesantren mempunyai aspek yang sangt positif yang sulit dipunyai oleh lembaga-lemabga pendidikan formal, diantaranya adalah lingkungan yang bersih dari pergaulan bebas dan bebas dari aspek politik, sehingga kurikulum di pesantren lebih dikelola oleh para manajer pesantren

1.  Komponen Tujuan
a.    Tujuan Global
Tujuan dalam istilah kurikulum pada umumnya lebih dikenal dengan tujuan nasional. Tujuan kurikulum pesantren pada umum lebih mengacu terhadap penerapan isi kandungan al-Qur’an dan Hadis, yakti menjadi insan yang taat kepada Allah dan rasul-Nya
b.    Tujuan institutional (Tujuan lembaga)
Rata-rata pesantren sangat menekankan kepada penguasaan bahasa arab. Penguasaan bahasa arab dalam pesantren salaf lebih di khususkan kepada mahir membaca kitab kuning atau penguasan al-Qur’an dan hadist, sehingga pesantren sendiri melahirkan seorang ulama’, mujadid, intelektual dan lain-lain
c.     Tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran)
Tujuan kurikuler pada sebuah pesantren lebih ditujukan kepada penguasaan ilmu fiqh, tasawuf, sastra arab, membaca al-qur’an, dan akidah

d.    Tujuan intruksional

2. Isi
Pesantren sangat jarang sekali menyusun materi untuk diajarkan kepada para santri, akan tetapi materi yang ajarkan kepada para santri lebih mengacu kepada kitab-kitab salaf. Untuk mencapai tujuan pembelajaran para Ustadz dan Kyai lebih mengacu kepada penuntasan materi sehingga para santri ditekankan kepada penguasaan isi materi bukan kompentensi seperti halnya KTSP.
Adapun isi materi yang dituangkan dalam kurikulum pesantren adalah Ilmu Qur’an, Hadist.

3.  Sarana prasarana
Sarana prasarana dalam pesantren juga sangat sederhana, karena pesantren pada dasarnya dirancang untuk menguasai ilmu-ilmu keagamaan, dalam sarana prasaranapun  juga sangat terbatas. Akan tetapi dengan sarana prasarana yang serba terbatas untuk mencapai tujuan pembelajaran berbagai macam pendekatan oleh para manajer pesantren.

4. Strategi/metode
Strategi pembelajaran di pesantren sulit mengalami perkembangan, karena sosial kultur pesantren sangat sulit diubah. Diantara strategi yang digunaka adalah Wetonan, bandongan, sorogan, hafalan, diskusi, dan lain-lain

5. Proses pembelajaran
Pesantren mempunyai kelebihan sendiri dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan lembaga formal. Pesantren menjalankan proses pembelajaran hampir 24 jam dalam setiap harinya.















Tag : Pendidikan
Back To Top