Pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan lagi, karena setiap lembaga pendidikan mengingin organisasinya mempunyai perkembangan yang pesat, sehingga dapat menarik para kalangan pendidik, semakin banyak peminat, juga semakin pesat pula input yang dihasilkan oleh lembaga. Pesatnya pendidik pada lembaga pendidikan diukur dari seberapakah para kepala sekolah dan guru dapat memenej di sekolah. Salah satu hal terpenting yang harus dimenej secara efektif dan efisien adalah masalah kurikulum. Ada beberapa alasan mengapa kurikulum perlu dikembangkan sebaik mungkin, diantaranya;
a. Konsevatif Kurikulum
Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan sosial, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia kerja, maka sudah jelas kurikulum akan mengalami problem, yaitu akan terjadi pengangguran pada lulusan sekolah. Dengan melihat data tersdebut kurikulum perlu dirubah, dikembangkan dan diperbaruhi[1]
kurikulum yang telah usang korbannya bukan hanya terletak pada peserta didik saja, tapi dampak negatifnya akan menimpa pada lembaga sekolah. Lembaga akan dijauhi masyarakat, sekolah akan ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga akan sulit akan membangun tujuan nasional yang telah direncanakan pada sebelumnya.[2]
Kurikulum pendidikan harus bersifat dinamis, senantiasa berubah menyesuaikan dengan keadaan suapaya dapat memantapkan belajar dan hasil belajar.
Secara garis besar perubahan kurikulum dilatar belakangi oleh beberapa hal. Akan tetapi kata-kata perubahan bukan menghapus kurikulum sebelumnya secara sepenuhnya akan tetapi menyempurnakan dan mengembangkan , diantaranya adalah:
1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain. Dengan demikian perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian.[3]
2. Industri dan produksi
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan
4. Pandangan kalangan intelektual yang berubah
5. Pemikiran baru mengenai proses belajar mengajar
6. Eksploitasi ilmu pengetahuan
7. Perubahan dalam masyarakat
b. Sentralisasi dan desentralisasi kurikulum
Sentralisasi merupakan problem kurikulum yang paling utama, yang memunculkan pengembangan kurikulum tingkat otonomi daerah, sebagaimana yang dikemukakan oleh menteri pendidikan fuad Hasan, bahwa tidak mungkin diterapkannyua kurikukulum yang baku (sentralisasi) di seluruh indonesia. karena setiap daerah mempunyai kadar potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, diharapkan dengan potensi tersebut setiap daerah dapat mengembangkan dan mengelola sesuai dengan potensinya masing-masing. Dimana potensi-potensi tersebut dapat diintegrasikan dalam kurikulum muatan lokal.[4]
Diberikannya kesempatan untuk mengembangkan dan mengelola potensi daerah masing-masing, dengan harapan dapat membangun wilyahnya sendiri sehingga lulusan dari sekolah nantinya tidak meninggalkan lingkungannya sendiri. Kalau setiap sekolah tidak diberikan kesempatan demikian, di khawatir kan para kalangan pendidikan akan terasingkan oleh lingkungan, dan daerahnya akan kosong karena tidak adanya potensi yang dapat dikembangkan.
Dalam mengangapi Fuad Hasan winarno surachtmad ( Mantan IKIP jakarta) mengemukakan, bahwa sebenarnya indonesia tidak pernah menerapkan kurikulum fleksibel. Kurikulum yang diberlakukan di sekolah hanya satu dan pusat, sehingga faktor daerah seringkali kurang diperhatikan. Didalam pengelolaan, seharusnya dihindari sentralisasi kurikulum, dan digunakan sebanyak mungkin desentralisasi kurikulum. Untuk menuju kurikulum yang berbasis desentralisasi tersebut diperlukan pengembangan kurikulum.
c. Tingkat kematangan siswa
Tingkat kematangan siswa juga menjadi alasan pengembangan kurikulum, karena setiap peserta didik mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Jika kurikulum pendidikan tidak berusaha disesuaikan dengan tingkatan peserta didik maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Untuk itu para pakar pengembang kurikulum membuat suatu pemikiran agar anak dapat belajar dengan baik, memperoleh ilmu pengetahuan, merubah sikap, dan memperoleh pengalaman, dengan cara mengembangkan kurikulum yang berdasarkan azas psikologi peserta didik.[5]
Tag :
Kurikulum