Dari beberapa definisi
tentang kurikulum tersebut, maka dapat difahami bahwa pengembangan kurikulum
dapat diartikan sebagai: kegiatan menghasilkan kurikulum; atau (2) proses
mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian
dan penyempurnaan kurikulum.
Dalam realitas
sejarahnya, pengembangan kurikulum tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan
paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih
tetap dipertahankan sampai sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena
sebagai berikut: (1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang
teks-teks dari ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual
sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan
motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2) perubahan dari
cara berfikir tekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan
nilai-nilai agma Islam; (3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil
pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau
metodologinya sehingga menghasilkan prodak tersebut; dan (4) perubahan dari pola
pengembangan kurikulm yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan
menyusun isi kurikulum kearah keterlibatan yang luas dari pakar, guru, peserta
didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya.
Kurikulum merupakan konsep Studi yang luas.
Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori yang menekankan pada rencana,
yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis dan pada konsep-konsep yang
diambil dari ilmu perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum dapat
diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum,
pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.[1] Penekanan pada isi kurikulum. Strategi
pengembangan yang menekankan pada isi, merupakan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi juga terus
mendapat penyempurnaan atau pembaharuan. Sebab-sebab yang mendorong pembaharuan
ini adalah: Pertama, karena didorong oleh tuntutan untuk menguatkan
kembali nilai-nilai moral dan budaya dari masyarakat. Kedua, karena
perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan. Ketiga, karena
adanya tuntutan bahwa kurikulum harus berorientasi pada pekerjaan.
Faktor tersebut tidak timbul dari atau tidak
ada hubungannya dengan persekolahan, tetapi sangat mempengruhi perkembangan
kurikulum. Pengaruh terhadap pengembangan kurikulum umpamanya, penguatan
kembali nilai-nilai moral dan budaya akan meminta perhatian yang lebih besar
pada kumpulan ilmu pengetahuan masa lalu, orientasi kepada pekerjaan akan lebih
banyak melihat kemasa depan, sedangkan titik tolak pada pandangan filosofis
akan lebih menekankan pada disiplin-disiplin keilmuan.
Pengembangan kurikulum yang menekankan pada
isi bersifat material centered.
Kurkulum ini memandang murid sebagai penerima resep yang pasif. Anak dianggap
sebagai bahan kasar yang tidak berdaya. Salah satu atribut organisasi kurikulum
yang didasarkan pada pengetahuan, memungkinkan pengembangan dalam jumlah besar.
Penekanan pada situasi
pendidikan. Tipe kurikulum
ini lebih menekankan pada masalah dimana, bersifat khusus, sangat memperhatikan
dan disesuakan dengan lingkungannya. Tipe ini akan menghasilkan kurikulum
berdasarkan situasi-situasi lingkungan. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum
yang benar-benar merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak. Kurikulum yang menekankan pada situasi
pendidikan akan sangat beraneka, dibandingkan dengan kurikulum menekankan isi.
Kurikulum ini bertujuan mencari kesesuaian antara kurikulum dengan situasi di
mana pendidikan berlangsung. Kurikulum ini ruang lingkupnya sempit, masa
pengembangannya juga relatif lebih singkat dari pada desiminasinya.
Penekanan pada organisasi. Tipe kurikulum ini sangat menekankan pada
proses belajar mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan pertentangan,
umpamanya antara konsep sistem instruksional
(pengajaran program, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan
komputer) dengan konsep pengajaran (perkembangan) dari Bruner dan Jean Piaget,
keduanya sangat mempengaruhi
perkembangan kurikulum tipe ini.
Perbedaan yang sangat jelas antara kurikulum
yang menekankan pada organisasi dengan yang menekankan pada isi dan situasi,
adalah memberikan perhatian yang sangat besar kepada si pelajar atau siswa.
[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2005), hal. 174.
Tag :
Kurikulum