Meretas Permasalahan Islam di Dunia

Menjadi Ilmuan Ideal

Hidup di dunia ini tidak hanya sekedar hidup, karena manusia akan dihadapkan berbagai macam masalah yang kadang-kadang manusia sendiri sulit untuk bersabar. Dalam menghadapi berbagai macam masalah di dunia ini setidaknya kita harus menghambakan diri kepada Allah SWT dengan penuh ketawakalan, sebagai Firman Allah SWT:

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. ( 65:2)

Ayat tersebut menekankan kepada kita, bahwa aktivitas apapun yang kita lakukan jangan sampai melupakan kepada sang maha kehendak yaitu Allah SWT. Akan tetapi selama ini kebanyakan manusia didalam berusaha telah melupakan Allah SWT, sehingga ketika mengalami kegagalan ia dilandasi depresi yang akhirnya berujung kepada Stres, hal yang serupa terjadi dalam di masyarakat jepang seperti Tradisi  Hara Kiri  bila seseorang telah gagal dalam berusaha ia menusukkan pedang pada perutnya, begitu juga di cina dengan melompat kejembatan.


Memang Kata ikhtiyar tidak bisa dilepaskan dalam islam sebagaimana Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan”
( 13:3)

Jadi umat islam didalam menghadapi persoalan di dunia ini harus mengkombinasikan aspek tawakal dan ikhtiyar (kerja keras). Keduanya harus seimbang dan saling melengkapi, jika salah satunya dikesampingkan maka akan terjadi krisis moral dan intelektual.

Mungkin kita bisa melihat bagi seorang muslim yang selalu mendambakan aspek tawakal, ia tampil sebagai pribadi fatalis dan enggan beraktivitas. Seakan-akan apa yang terjadi di dunia serba otomatis tanpa pemberdayaan, sehingga agama islam yang mulia ini terkesan sebagai alat pencetak seorang pemalas bekerja.

Demikian juga, bila aspek intelektual ditonjolkan sedangkan aspek tawakal dikesampingkan. Ia senantiasa akan menjadi seorang ilmuan yang kering dari spiritual, sehingga ia akan membuat keonaran dan menghalalkan apapun dengan berbagai penalaran yang rasional ,meskipun dalil agamapun dibuat alat dan senjata demi menghalalkan hal-hal yang kurang etis.
 
Seharusnya hukum syari’at digunakan untuk mencari hakekat kebenaran hukum , bukan malah digunakan untuk mencari solusi demi kepentingan pribadinya. Mungkin kita bisa melihat para kelompok Jaringan Islam Liberal yang selalu berpikir rasional tanpa memandang aspek rohani atau Irshad Manji yang menghalalkan percintaan sesama jenis, sehingga berdampak kepada kerancuan pola pikir.

Apalah gunanya negara ini meskipun kaya dengan dunia keilmuan, kalau pada kenyataannya diracuni dengan pemikiran barat yang ingin mengkikis akidah umat islam, menjadi kaum intelektual memang anjuran dalam islam, akan tetapi kita harus hati-hati dengan pemikiran-pemikiran barat yang merasuk dalam karya ilmiah lebih-lebih melalui buku-buku wajib di perguruan tinggi islam.

Tidak selamanya fakultas islampun membangun spirit akidah, pada kenyataannya banyak unsur politiknya. Maka dari itu jadilah seorang ilmuan yang  yang intelek akan tetapi aspek spiritual harus senantiasa dipupuk  dengan sesering mungkin, sehingga menjadi ilmuan yang ideal yang memberikan kesejahteraan kepada ummat manusia.


Tag : Pemikiran
Back To Top