Sebelum saya membahas tentang etika santri salaf saya akan terlebih dahulu membahas tentang moral dan etika. Dengan harapan para pembaca dapat memahami tentang apa yang saya maksud dari tulisan saya.
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat, sedangkan menurut istilah, banyak sekali para ilmuwan yang mengungkapkankannya menurut pandangan masing-masing. Tapi saya tidak perlu panjang lebar dan terlalu filosofis menjelaskan tentang pengertian etika . Menurut pandangan saya etika secara bahasa ialah sebuah ilmu yang membahas tingkah laku manusia yang terpuji maupun yang tercela yang berdasarkan pemikiran dan akal manusia. Kalau ditinjau dari segi fungsinya, etika digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan manusia mulai dari perbuatan tercela, terhormat, terpuji , bijaksana dan lain-lain. Dimana etika ini lebih mengacu kepada system nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan moral secara detailnya ialah sebuah tindakan perbuatan dan penyesesuaian manusia yang berdasarkan pada adat istiadat lingkungana masyarakt sekitar, dan moral tentunya sangat buta dari system nilai-nilai. Boleh jadi perilaku yang jelek dikatakan moral, bila mana menjadi suatu adat dikalangan masyarakat setempat. Maka dari itu dalam tulisan saya nantinya sangat kaya dengan arti nilai-nilai, khususnya nilai-nilai yang ada di pesantren salaf.
Tentunya pesantren salaf sebagai lembaga pendidikan islam, tidak hanya transfer keilmuan saja. Akan tetapi lebih dari itu, pesantren salaf sangat menjunjung tinggi, nilai-nilai perilaku dan tindakan yang mulia, yaitu dengan cara beretika. Karena santri oleh sang Kyai pada umumnya dicetak untuk menjadi pemimpin baik formal maupun non formal, dan kepemimpinan membutuhkan etika yang baik dan terpuji, maka dari itu pesantren sangat kental dengan aktivitas etika.
1. Siapa Yang Mengajarkan Saya Etika Santri Untuk Pertama Kali?
Tentunya meskipun pesantren yang sebagai lembaga pendidikan islam, tapi kehadirannya tidak lepas dari asuhan seorang kyai(pengasuh). Sebagaimana dalam struktur pesantren bahwa dibawah seorang pengasuh , yang melakukan pendekatan pada semua santri . Maka dari itu seorang kyai dibantu oleh pengurus. Antara kyai dan pengurus pesantren sangat berperan dalam mempengaruhi seorang santri. Beretika maupun tidak beretika, seorang kyai dan pengurus pesantrenlah yang menjadi central utama. Karena seorang santri yang baru terjun didalam pesantren, ia adalah seorang yang bagaikan kertas putih, dengan artian ia masih awam dalam beretika. Karena ada nilai kedekatan setiap hari antara kyai terutama para pengurus pesantren, maka lambat laun jiwa dan perilaku anak akan semakin berwarna dengan etika-etika mulia.
Meskipun saya sekarang saya sudah bisa belajar etika dengan membaca buku, otodidak dan lain lain, tapi kehadiran Kyai menjadi central yang utama. Karena awal mula yang mengajarkan etika kepada saya yaitu kyai tempat saya nyantri pertama kali. Sudah saya katakan, diartikel sebelumnya bahwa kehadiran saya di pesantren pertama kali, bukanlah jadi orang yang mengerti tentang agama, lebih-lebih tentan ilmu etika. Jadi sudah jelas bahwa yang mengajar i saya tentang etika adalah sang kyai dan para ustadz yang ada dipesantren alkhoirot.
Pada awal saya nyantri dipesantren alkhoirot, pengasuha pesantren masih ditangani oleh K.H. Zainal Ali Suyuthi. Yang jelas saya dapat mengambil beberapa pelajaran dari tutur kata K.H. Zainal Suyuthi, diantaranya sebagai berikut.
a. Beretika dengan Symbol
Dikala saya itu sangat menghayati perkataan Almarhum K.H Zainal Suyuthi ketika mengkaji tafsir jalalain, sang kyai membacakan Surat Ali Imron ayat 63 "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri "
Nampaknya Almarhum K.H Zainal Suyuthi mengajarkan tentang etika santri salaf, yaitu harus menunjukkan keislamannya dimanapun berada dan kapanpun. Dengan memakai songkok sebagai tanda keislaman seseorang. Saya senantiasa mengikuti perintah Almarhum K.H Zainal Suyuthi. Bahkan ketika saya pulang dari pesantren saya selalu menampakkan ke santrian saya, dengan songkok sebagai symbol.
Tapi nampaknya saya sangat keberatan dengan metode ini karena saya harus menghadapi rintangan dan cemohan setiap orang ketika saya berada ditempat yang tidak sesuai dengan symbol yang saya gunakan. Hal ini sempat saya alami ketika saya pertama kali memasuki perkuliahan, saya tetap memakai symbol songkok sebagai santri pesantren salaf. Tapi saya oleh dosen malah dipermalukan di depan mahasiswa. Dan pada hari itu sampai saat ini, saya tidak pernah memakai songkok. Kalau dilihat dari kejadian ini nampaknya etika memang harus bersifat fleksibel asalkan jangan menyimpang dari koridor ajaran islam.
b. Tutur kata yang sopan.
Ketika para santrinya akan menghadapi liburan, Almarhum K.H. Zainal Ali Suyuthi selalu membeikan nasehat-nasehat, agar para santrinya dapat bertutur kata yang sopan, baik kepada orang tua maupun orang lain. Bahkan para santrinya dianjurkan bekerja keras membantu orang tuanya ketika ada di rumah.
Disamping perjuangan Almarhum K.H. Zainal Ali Suyuthi, saya juga dapat belajar etika kepada pengurus pesantren , yaitu sang Ustadz yang mengajarkan kitab Akhlakul Lil Banin yang ada di madrasah diniyah. Sayapun sangat menghayati pengertian dari pada isi kitab-kitab tersebut
2. Bagaimana cara efektif untuk mengajarkan etika?
Pembelajaran seorang guru kepada seorang murid bukan transfer keilmuwan saja, akan tetapi lebih dari itu ada hal yang lebih penting yaitu nilai-niali keteladanan. Jadi cara dalam mengajarkan akhlak yang baik diantaranya;
- Keteladanan
Jangan berharap seorang guru akan mengajarkan etika, jika ia sendiri tidak dapat menjalankan apa yang ia ajarkan. Karena dalam proses pembelajaran yang diamati oleh murid bukanlah hanyalah teori, akan tetapi praktek yang ada akan menjadi perhatian. Jika seorang guru tidak mampu mempraktekkan di hadapan murid, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
- Pendekatan
Pada tahun 2007 saya sudah mengajar di madrasah diniyah, pada saat itu saya masih awam dalam proses pembelajaran. Saya sering marah-marah ketika ada para siswa yang mengomel dengan sendirinya, bahkan saya sering memukul meja untuk mendiamkan para siswa. Akan tetapi yang saya lakukan pada saat itu tidak membawa efek apapun terkecuali saya semakin dibenci. Pada saat saya mulai duduk dibangku kuliah (2008) saya mulai belajar trik-trik mengajar . ternyata dengan pendekataan baik dalam dalam kelas maupun lingkungan diluar kelas, saya mulai diperhatikan oleh para siswa. Sehingga saya menjadi guru yang diinginkan oleh anak-anak. Karena mereka anak-anak yang inign selalu diperhatikan.
3. Etika/Perilaku Santri Al-Khoirot Sekarang dan Zaman Dahulu
Kalau saya lihat etika santri alkhoirot zaman lampua dan zaman sekarang, Nampak lebih baik pada saat ini. Emang pada masa dahulu santri, sifat tawadhuknya sangat luar biasa. Akan tetapi ketundukan tersebut hanyalah ketika berada di depan sang Kyai, diluar itu mereka bertindak tidak selayaknya seorang santri. Pada saat ini ada system penekanan dari keluarga pengasuh pesantren untuk memanggil seorang guru dengan sebutan Ustadz, dilarang memanggil dengan nama asli sang guru, setiap sebelum masuk sekolah santri diharuskan bersalaman denga seorang guru. Rasa kecenderungan untuk selalu mengabaikan perilaku terpuji, dapat dimungkinkan para santri tertarik. Tapi di alkhoirot selalu diadakan pengontrolan yang seketat mungkin. Dengan harapan penekanan ini akan menjadi kebiasaan.
Kekurangan santri pada masa lampau ialah kurangnya berperilaku disiplin, apa yang ia lakukan asalkan tidak bertentangan dengan syari’at dijadikan sebuah tindakan kebenaran. Pada saat ini telah diajarkan oleh pengasuh untuk selalu berilaku yang sesuai dengan etika masyarakat.
Akan tetapi ada satu hal yang menjadi kekurangan saat ini, yaitu daya minat membaca kitab sangat berkurang sekali, mungkin karena padatnya kegiatan pesantren yang sedang dijalani, akan tetapi dari pihak pengasuh maupun pesantren selalu menekan dan memberi pengawasan yang ketat, agar supaya para santri dapat meningkatkan kemampuan minat belajar kitab.
Tag :
Writing Day