I. Saya Mengenal Kitab Kuning
Kitab kuning bagi saya sebelum terjun dunia pesantren, sangat asing sekali . Karena saya dilahirkan di desa yang sangat terpencil, sebagian alumni pesantren di desa saya tidak bisa membaca kitab kuning, karena iapun mondok di pesantren salafiyah yang tidak diajarkan ilmu Nahwu dan Sarraf.
Sebelum saya nyantri, saya anak pembandel yang tidak patuh perintah orang tua, orang tua saya setiap hari menyuruh saya untuk mengaji ke ustadz kampung, tapi saya tidak pernah menurutinya, karena bagi saya buat apa ngaji, karena kalau saya lulus SMP saya akan nyantri, saya mau belajar murni di pesantren. Saya pun tidak bisa ngaji dan membaca Al-Qur’an semenjak SD dan SMP, padahal di rumah saya ada mushallo sebagai tempat Tarawih dan Tadarus pada bulann ramadhan. Saya sangat malu sekali, selaku tuan rumah tidak bisa membaca Al-Qur’an.
Setelah saya lulus SMP, saya bertekad untuk belajar ngaji Al-Qur’an di pesantren ( 2003), ternyata setelah sampai kepesantren saya sangat kaget sekali, ternyata dipesantren alkhoirot sangat ditekankan untuk belajar membaca kiab kuning, tapi aku tetap mmemenuhi aturan yang ada dan tidak mengurangi tujuan yang utama yaitu belajar membaca Al-Qur’an. Jadi aku mengenal dan memahami pertama kali kitab kuning ketika saya mondok di pesantren.
II. Saya Mulai Bisa Membaca Kitab Kuning.
Salama dua tahun yaitu pada saat saya kelas 3 dan 4 Madrasah Diniyah, baik di Madin maupun di pelajaran pondok saya mendalami tentang ilmu Nahwu dan Sharraf, dikala itu saya banyak menghafal kaidah-kaidah dan Nadzoman ilmu Nahwu dan Sarraf, mulai dari kitab Al-Jarumiyah, kailani, Imrithi dan Mutammimah bahkan pada satu itu saya hafal semua dari isi masing-masing kitab yang ada di atas.
Lantas apakah saya bisa membaca kitab kuning?. Ternyata saya pada saat itu tidak bisa sama sekali membaca kitab kuning, karena ada beberapa factor;
1.Saya hanya belajar teori dan tidak pernah praktek.
2.Tidak adanya para pengurus pesantren yang mengajarkan baca kitab kuning secara praktik. Pada saat itu para pengurus pesantren menggebu-gebu mengajarkan ilmu Nahwu dan Sarraf hanya berupa pemahaman dan teroritis, sehingga menskipun saya hafal bermacam-macam kitab Nahwu dan Sarraf, saya sangat buta sekali dengan membaca kitab kuning. Seharusnya waktu dua tahun kalau dipadukan dengan belajar secara praktik, sudah selayaknya saya bisa membaca kitab kuning. Dan saya bingung untuk mengarah kemana dengan belajar ilmu Nahwu dan Sharraf.
Akan tetapi dua masalah diatas dapat saya atasi ketika saya naik kelas 5 Madin, karena pada tahap ini saya mulai ada penekanan dari Pengasuh pesantren ( Almarhum .K.H. Zainal Ali Suyuti) untuk membaca kitab kuning, seminggu dua kali anak setingkat saya dan kakak-kakak kelas saya diwajibkan membaca kitab. Setiap pengajian pak kyai menunjuk salah satu santrinya untuk mempresentasikan pembacaan kitab kuning, dan suara presentasi tersebut dimasukkan kepondok putri, jadi yang mendengar pembacaan kitab tersebut bukan hanya saya dan teman-teman saja, tapi seluruh anak pesantren putri mendengar semua, sehingga saya sangat berhati-hati untuk membacanya, bahkan perkalimat saya perhatikan secara cermat, karena apabila terjadi kesalahan maka nama baik akan menjadi korban.
Mulai saat itu saya semakin gencar praktek membaca kitab kuning, karena saya terlalu ambisi. Kata para santri yang lain membaca kitab itu perlu kecerdasan yang tinggi, tapi aku tak peduli karena penasaran saya lebih tinggi.
Ketika saya mulai masuk kelas 6 madin (Th 2006) , saya agak semakin lancar membaca kitab. Maka dari itu saya tidak puas dengan bermodal kitab-kitab yang dikaji setiap hari, akhirnya saya berusaha membeli kitab-kitab yang lain, tapi untuk membeli kitab tersebut saya berusaha tidak meminta kepada orang tua, karena orang tua saya sudah susah payah membiayai kebutuhan hidup saya setiap bulan. Maka dari itu uang jajan saya, saya tabung untuk membeli kitab. Kitab yang saya peroleh pada tahun itu (2006) yaitu, Kifayatul Akhyar, Tarsyikhul Mustafidin, Shubulul Salam, Tanbihul Ghafilin , dan masih banyak kitab yang lain yang tidak bisa saya sebutkan, dan sampai sekarang kitab-kitab tersebut menjadi moment tersendiri dalam kehidupanku dan akan saya kenang dalam sisa-sisa hidupku.
Dengan bermodal kitab-kitab tadi, ketika ada Bahtsu Masail saya bersusah payah untuk mengutarakan jawaban yang dibutuhkan secepat mungkin dari pada teman-teman yang lain, dan dengan hal tersebut saya dipandang sudah layak untuk menjadi pengurus pesantren, akhirnya saya oleh pengurus pesantren diluluskan dari Madrasah diniyah dengan proses yang lebih mudah.
setelah lulus dari Madin (2007) saya berusaha untuk melihat kemajuan dunia diluar pesantren, karena saya tidak puas belajar kitab kuning, maka dari itu saya berusaha belajar ilmu komputer . Saya sangat serius untuk belajar computer pada saat itu, tapi dengan keseriusan saya belajar ilmu komputer, berdampak efek negative pula pada semangat belajar kitab kuning. Ternyata ketika saya mendalami ilmu komputer, saya tidak pernah menyentuh sama sekali kitab kuning, dan saya tidak bisa menyeimbanginya. Tapi saya bertekad bulat bahwa kitab kuning merupakan unggulan dan kebanggaan saya selaku santri salaf. Untuk itu saya berusaya untuk sering-sering membaca kitab kuning.
III. Sulitkah membaca kitab kuning?
Kalau saya boleh jujur untuk menjawab pertanyaan ini, terus terang bagi saya membaca kitab kuning sangat sulit sekali dan membutuhkan waktu yang sangat serius. Mengapa saya bilang demikian?. Karena menurut pengalaman saya dibangdingkan dengan belajar ilmu yang lain, seperti ilmu komputer, saya kira belajar membaca kitab kuning lebih lama. Saya belajar komputer dalam beberapa bulan sudah dapat menguasai beberapa program yang menjadi kebutuhan . Sedangkan belajar membaca kitab, dalam beberapa tahun saya tidak bisa apa-apa. Hal ersebut dapat dimaklumi karena bahasa kitab bukan bahasa kita, tentunya butuh waktu untuk membiasakan diri.
Sebagaimana yang saya ungkapkan bahwa membaca kitab merupakan suatu yang sulit, maka dari itu didalam belajar membaca kitab kuning janganlah terlalu belajar ilmu teoritisnya secara mendalam, akan tetapi aspek praktisnya juga diterapkapkan. Maka dari itu saya berikan beberapa trik sebagai berikut;
1.Usahakan anda belajar dasar-dasar ilmu Nahwu dan Sharraf, paling tidak untuk ilmu Nahwunya Al-Jarumiyah dan Sharrafnya Kailani.
2.Dengan bermodal dasar-dasar ilmu Nahwu dan Sharraf tadi usahakan anda cari guru yang ahli dalam membaca kitab kuning, dan anda minta dibimbing untuk membaca kitab kuning.
3.Jangan bangga dengan hanya belajar dari guru, tapi anda harus lebih agresif untuk mencari metode yang terbaik, yaitu dengan menelaah kitab yang sudah ada maknanya, agar anda mengetahui letak-letak susunan bahasa yang baik.
4.Biasakan anda membaca kitab kuning, biar anda mengerti dan merasakan susunan bahasa dalam kitab kuning.
5.Setiap anda hendak melangkah membaca kitab kuning, usahakan anda membawa kamus untuk mencari Mufrodat yang ada di dalam kitab kuning.
Tag :
Kitab kuning