Meretas Permasalahan Islam di Dunia

Kepribadian Guru Agama

Menurut M. Athiyah Al abrsyi bahwa seorang guru harus memiliki sifat-sifat atau kepribadian tertentu agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, diantaranya sebagai berikut:

1.      Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhoan Allah. Seorang guru menduduki tempat yang tinggi dan suci. Ia harus tahu kewajiban yang sesuai dengan posisi sebagai guru.
2.      Seorang guru harus bersih tubuhnya, rapi dalam penampilan, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa dari sifat-sifat tercela (riya’, dengki, permusuhan dan perselisihan)
3.      Keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah suksesnya dan dalam tugas.
4.      Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan amarah, lapang hati, banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil.
5.      Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi guru. Artinya seorang guru mencintai murid-muridnya seperti cintanya kepada anak-anaknya sendiri dan memikirkan mereka seperti memikirkan keadaan anak-anaknya sendiri. Sehingga guru merupakan seorang bapak yang penuh kasih sayang, membantu yang lemah dan menaruh simpati atas apa yang mereka rasakan.
6.      Dalam pendidikan Islam seorang guru harus mengetahui tabiat pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan pemikiran murid agar tidak kesasar dalam mendidik anak-anak bahkan sejalan dengan tingkat penilaian mereka. 
7.      Seorang guru harus sanggup menyusun bahan pelajaran yang diberikan serta memperdalam pengetahuannya, agar pelajaran yang diberikan tidak bersifat dangkal.[1]

Adapun menurut Al Ghazali menasehati kepada para pendidik Islam agar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dan memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka terhadap anaknya sendiri.
2.      Hendaklah guru menasehatkan kepada pelajar-pelajarnya supaya jangan sibuk dengan ilmu abstrak dan yang ghaib-ghaib sebelum selesai pelajaran atau pengertiannya dalam ilmu yang jelas, kongkrit dan ilmu yang pokok-pokok.
3.      Mencegah murid dari sesuatu akhlaq yang tidak baik dengan jalan sindiran jika mungkin dan jangan dengan terus terang dengan jalan halus dan jangan mencela.
4.      Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka menurut kadar dan jangan disampaikan sesuatu yang melebihi tingkat kemampuannya agar tidak lari dari pelajaran.
5.      Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan apa yang dikatakan harus sesuai dengan pengamalannya.
6.      Seorang guru tidak boleh menimbulkan rasa benci pada muridnya mengenai suatu cabang ilmu yang lain.
Sedangkan menurut Abdurrahman An Nahlawi guru seharusnya mempunyai kepribadian sebagai berikut : 
1.      Mempunyai watak yang rabbaniah yang terwujud dalam tujuan dan tingkah laku dan pola pikirnya.
2.      Bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari ridho Allah dan menegakkan kebenaran.
3.      Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
4.      Senantiasa membekali dirinya dengan ilmu, kesediaan untuk terus mendalami dan mengkaji lebih lanjut.
5.      Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.
6.      Mampu mengelola kelas dan peserta didik tegas dalam bertindak dan professional.
7.      Mengetahui kehidupan psikis siswa
8.      Tanggap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola pikir peserta didik.
9.      Berlaku adil pada peserta didik.[2]
Selain pengetahuan dan kecakapan-kecakapan di atas, ada beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru yang professional dan ideal yaitu:
1.      Fleksibel. Guru adalah orang yang telah mempunyai pegangan hidup, punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik di dalam nilai-nilai maupun ilmu pengetahuan dan bisa bertindak bijaksana.
2.      Bersikap terbuka. Guru hendaknya memiliki sifat terbuka baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk ditanya oleh siswa, untuk diminta bantuan juga untuk mengoreksi diri. Hal ini terlebih dulu harus didahului oleh perbaikan pada diri guru. Upaya ini menuntut keterbukaan pada pihak guru.
3.      Berdiri sendiri. Guru adalah orang yang telah dewasa, ia telah sanggup berdiri sendiri, baik secara intelektual, social maupun secara emosional.
4.      Peka. Guru harus peka atau sensitive terhadap penampilan para siswanya berarti cepat mengerti, memahami atau melihat dengan perasaan apa yang diperlihatkan oleh siswa.
5.      Tekun. Guru membutuhkan ketekunan baik di dalam mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun menyempurnakan pengajarannya. Tugas guru bukan hanya dalam bentuk interaksi dengan siswa di kelas tetapi menyiapkan bahan pelajaran serta memberi penilaian atas semua pekerjaan bahan pelajaran serta memberi penilaian atas semua pekerjaan siswa.
6.      Realistik. Guru hendaknya bisa berfikir dan berpandangan realistic, artinya melihat kenyataan, melihat apa adanya.
7.      Melihat ke depan. Tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan di masa yang akan datang.
8.      Rasa ingin tahu. Guru berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan tekhnologi kepada para siswa, maka itu ia dituntut untuk selalu belajar, mencari dan menemukan sendiri. Untuk itu ia perlu memiliki rasa ingin tahu atau curiosity yang besar.
9.      Ekspresif. Guru harus berusaha menciptakan suasan kelas yang menyenangkan, yang memancarkan emosi dan perasaan yang menarik untuk itu diperlukan suatu ekspresi yang tepat, baik ekspresi dalam wajah, gerak-gerik maupun bahasa dan nada suara.
10.  Menerima diri. Seorang guru selain bersikap realistis, ia juga harus seorang yang mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya.[3]



Tag : Pendidikan
Back To Top