Kurikulum menjadi permasalahan yang sangat aktual dalam
dunia pendidikan, karena kurikulum sendiri tidak lepas dari tantangan. Tantangan
kurikulum tidak hanya melibatkan pendidikan saja, tapi faktor eksternal yang
lain juga berpengaruh dalam kurikulum diantara tantangan kurikulum yang mendasar adalah tantangan politik, dunia kerja dan karakter, sehingga kurikulum yang telah dirumuskan
oleh menteri pendidikan mengalami pro dan kontra bagi praktisi pendidikan.
Misal ketika kurikulum yang baru disosialisasikan pada lembaga pendidikan,
sebagian besar para praktisi khususnya guru tidak bisa menerima dan sulit
memenuhi target yang dituntut oleh kurikulum, akhirnya pada proses pembelajaran
guru hanya terfokus pada pemenuhan tuntutan tersebut, kurang memperhatikan
pendidikan karakter peserta didik sehingga peserta didik tidak mempunyai moral
dalam bermasyarakat maupun beragama, karena guru disibukkan dengan memenuhi
tuntutan bukan mendidik yang seharusnya
Sebenarnya model kurikulum CBSA, KBK, KTSP yang
dirumuskan oleh kemendikbud sudah baik, dengan artian
kurikulum berjalan secara proposional. Demikian pula kurikulum KTSP sebenarnya
secara tataran teoritisnya sudah cukup memenuhi kebutuhan pendidikan yaitu
dengan memperhatikan kompetensi daerah sekitar, akan tetapi dalam dunia
praktisnya KTSP malah mengebiri pendidikan itu sendiri. Guru diberikan beban
yang sangat banyak sementara problem guru dalam mengelola lembaga tidak
diperhatikan.
kesalahan tersebut tidak bisa penuhnya
diserahkan kepada perancang kurikulum. Tapi ada kalanya sang praktisi
pendidikan sendiri kurang mampu mengembangkannya, karena keterbatasan berbagai
hal, termasuk sarana dan prasarana. Permasalahan kurikulum tersebut seharusnya menjadi
perhatian bagi pengelola lembaga pendidikan.
Ternyata Dari masa kemasa arah
kurikulum semakin mengalami pro dan kontra. Untuk itu para pengelola lembaga pendidikan
seharusnya tidak hanya mengarahkan perhatiannya pada beban mengajar(Proses Pembelajaran)
sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum. Akan tetapi aktivitas peserta didik dalam
melakukan proses pembelajaran dan lingkungan sekolah juga perlu diperhatikan.
pemaknaan kurikulum tidak hanya sebatas proses
pembelajaran didalam kelas, akan tetapi
dalam pengertian modern kurikulum mempunyai pengertian yang sangat luas yaitu
seluruh aktivitas yang diprogramkan oleh lembaga untuk memperoleh pengalaman
siswa dalam belajar.
Oleh sebab itu kurikulum harus
dicapai dengan dominan, jangan sampai peserta didik menjadi korban proyek dari
kurikulum itu sendiri. Untuk mencapai tujuan kurikulum yang sangat mulia
tersebut para pengelola lembaga pendidikan harus membangun ciri khas tertentu
pada sebuah lembaga pendidikan yang ia kelola, salah satu ciri khas yang patut
disisipkan pada lembaga pendidikan adalah kurikulum pesantren.
Kurikulum pesantren sendiri tidak
mempunyai aturan yang jelas, dengan artian setiap pesantren mempunyai kebijakan
tersendiri, akan tetapi ada ciri khas setiap pesantren yang sangat dominan
untuk mencapai tujuan pendidikan, diantaranya:
1. Segregasi
(Pemisahan) siswa siswi
Selama ini awal
mula kerusakan moral peserta didik berada pada percintaan, sehingga sering djumpai pada pelajar tidak dapat menyelesaikan
studinya. Segregasi studi antara siswa dan siswa menjadi ciri khas bagi
pesantren salaf, sehingga pesantren salaf sendiri dapat menciptakan lingkugan
yang aman. Hendaknya ciri khas ini menjadi perhatian bagi pengelola lembaga pendidikan
terutama madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Bersystem
asrama
Asrama adalah
tempat tinggal menetap bagi peserta didik. Selama ini sangat jarang sekali
sekolah menerapkan system asrama, tidak lain tujuan ini adalah agar peserta
didik tidak bersentuhan dengan dunia pergaulan bebas dan lebih konsen dalam
menjalani belajar sama halnya yang terjadi di pesantren salaf.
3. Berorientasi
bimbingan akhlak
Pesantren sangat
kental dengan pendidikan akhlak, bukan hanya berupa teori dari kitab-kitab
klasik akan tetapi dalam secara pelaksanaannya pesantren membimbing secara
langsung bagaimana ia bertindak baik dalam lingkungan pesantren maupun dalam
lingkungan masyarakat luas. Hendaknya bimbingan akhlak ini dijabarkan oleh
pengelola lembaga pendidikan khususnya madrasah kedalam pengembangan diri yang ada pada salah satu muatan kurikulum
KTSP.
4. Menanamkan
nilai-nilai barokah
Salah hal yang
mengendalikan para santri untuk bertingkah laku adalah nilai barokah. Nilai
barokah dalam pesantren sebagai kepercayaan yang absolut dan tidak bisa
diganggu gugat oleh ajaran apapun, sehingga nilai baraokah memberikan efek yang
sangat besar untuk mencapai tujuan pendidikan islam. Andaikan nilai barokah ini
dapat diterapkan terhadap lembaga pendidikan formal niscaya para siswa dapat
tawadu’ kepada gurunya, kawannya, dan menjaga sarana prasarana lembaga lembaga
pendidikan itu sendiri.
Komponen-komponen Kurikulum
Pesantren
Komponen-komponen kurikulum di
pesantren sebenarnya cukup sederhana, akan tetapi semua komponen kurikulum
dipesantren dapat dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut dapat tercipta
dengan baik karena pesantren mempunyai aspek yang sangt positif yang sulit dipunyai
oleh lembaga-lemabga pendidikan formal, diantaranya adalah lingkungan yang
bersih dari pergaulan bebas dan bebas dari aspek politik, sehingga kurikulum di
pesantren lebih dikelola oleh para manajer pesantren
1. Komponen
Tujuan
a.
Tujuan Global
Tujuan dalam istilah kurikulum pada umumnya lebih
dikenal dengan tujuan nasional. Tujuan kurikulum pesantren pada umum lebih
mengacu terhadap penerapan isi kandungan al-Qur’an dan Hadis, yakti menjadi
insan yang taat kepada Allah dan rasul-Nya
b.
Tujuan institutional (Tujuan lembaga)
Rata-rata pesantren sangat menekankan kepada
penguasaan bahasa arab. Penguasaan bahasa arab dalam pesantren salaf lebih di
khususkan kepada mahir membaca kitab kuning atau penguasan al-Qur’an dan
hadist, sehingga pesantren sendiri melahirkan seorang ulama’, mujadid,
intelektual dan lain-lain
c.
Tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran)
Tujuan kurikuler pada sebuah pesantren lebih ditujukan
kepada penguasaan ilmu fiqh, tasawuf, sastra arab, membaca al-qur’an, dan
akidah
d.
Tujuan intruksional
2. Isi
Pesantren sangat
jarang sekali menyusun materi untuk diajarkan kepada para santri, akan tetapi
materi yang ajarkan kepada para santri lebih mengacu kepada kitab-kitab salaf.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran para Ustadz dan Kyai lebih mengacu kepada
penuntasan materi sehingga para santri ditekankan kepada penguasaan isi materi
bukan kompentensi seperti halnya KTSP.
Adapun isi
materi yang dituangkan dalam kurikulum pesantren adalah Ilmu Qur’an, Hadist.
3. Sarana
prasarana
Sarana prasarana dalam pesantren juga
sangat sederhana, karena pesantren pada dasarnya dirancang untuk menguasai
ilmu-ilmu keagamaan, dalam sarana prasaranapun
juga sangat terbatas. Akan tetapi dengan sarana prasarana yang serba
terbatas untuk mencapai tujuan pembelajaran berbagai macam pendekatan oleh para
manajer pesantren.
4. Strategi/metode
Strategi
pembelajaran di pesantren sulit mengalami perkembangan, karena sosial kultur pesantren
sangat sulit diubah. Diantara strategi yang digunaka adalah Wetonan, bandongan,
sorogan, hafalan, diskusi, dan lain-lain
5. Proses
pembelajaran
Pesantren
mempunyai kelebihan sendiri dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan
lembaga formal. Pesantren menjalankan proses pembelajaran hampir 24 jam dalam
setiap harinya.
Tag :
Pendidikan