Meretas Permasalahan Islam di Dunia

Robi’atul Addawiyah dan Ajarannya



1. Biografi Rabi’atul Addawiyah

Rabi’atul Addawiyah adalah seoorang sufi perempuan yang mengembangkan ajaran  Mahabbah Ia  sangat tersohor di Basra Ia lahir pada 714- 796M, semenjak kecil kehidupannya menjumpai keanehan yang sangat luar biasa. Ia diberi nama robi’ah oleh orang tuanya karena ia anak yang nomor empat. Ia dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Diriwayatkan ketika ia lahir orang tuanya tidak mempunyai makanan dan secarik kain untuk robi’ah namun ibunya menyuruh kepada ayahnya untuk minta keada tetangga, sang ayah merasa keberatan karena ia pernah berjani kepada Allah untuk tidak meminta bantuan kepada  orang lain, dengan penuh keterpaksaan sang ayah berangkat juga, tapi sang tetangga tidak ada yang menghiraukan sama sekali, dengan demikian sang ayah merasa lega karena tidak melanggar janji kepada tuhan. Setelah sang ayah tidur dengan nyenyak ia bermimpi Nabi Muhammad bahwa putrinya kelak akan  menjadi seorang spiritual yang sangat terkenal. 


Semenjak kecil ia ditinggalkan kedua orang tuanya kemudian ia jatuh ketangan majikan yang sangat keji dengan menjadi budak untuk dijual, kemudian ia dijual kepada Majikan yang sangat keji pula. Ia diperlakukan dengan semena-mena oleh  majikannya yang baru, pada suatu malam rabi’ah berdo’a kepada Allah seandainya ia bebas dari kebudakannya ia akan menghambakan hidupnya kepada Allah. Pada saat berdo’a  majikan melihat sinar di atas kepalanya sang majikan takut kemudian ia dibebaskan. Setelah bebas ia lebih mengasingkan diri  dengan mendekatkan diri kepada allah,  spiritual rabi’ah mencapi puncak yang sangat tertinggi demi spiritualnya rabi’ah tidak mempedulikan hal-hal yang menduniawi, ia tidak pernah menikah semasa hidupnya sebenarnya banyak para bangsawan dan orang shalih yang melamar rabi’ah seperti Hasan Bisri,Malik Bin Dinar,Dan Tsabit Al-Benany tapi rabi’ah menolaknya  dengan alasan “ akad nikah hanya pemilik kemaujudutan yang luar biasa sementara pada diriku hal itu tidak ada Aku maujud dalam diri tuhan dan sepenuhnya aku milik-Nya” rasa sakit bagaimanapun tidak pernah mengganggu aktivitasnya dalam beribadat, bahkan ia tidak merasakan sakit terhadap anggota tubuhnya yang terkena musibah, suatu hari  kepalanya bercucuran darah lantaran berbentur kepohon, seorang menanyainya apakah anda tidak merasakan sakit? Aku berhubungan erat dengan-Nya, Aku disibukkan dengna-Nya”

Cinta rabi’ah yang tulus dapat dilihat dari do’anya “ ya tuhanku jika aku menyembahmu kerena lantaran taku neraka, maka bakarlah diriku  dalam neraka; dan bila aku menyembah-Mu karena mengharap syurga-Mu, maka jauhkanlah aku dari syurga-Mu, tapi bila aku menyembah-Mu karena mengharap Ridlomu, maka jangan tutup keindahan abadimu” lebih lengkapnya ia mengemukakan “jangan takut neraka dn jangan mengharap syurga-Nya, karena pengabdianku tidak akan baik jika pengabdianku mengharapkan pahala    

Didikisahkan Robi’ah pernah memberikan kedua matanya seorang laki-laki  lantaran laki-laki tadi sangat senang terhadap kedua mata rabi’ah   

2.Pengertian Mahabbah

Kata mahabbah berasal dari kata Ahabba Yuhibbu, Mahabbatan yang mempunyai arti cinta secara mendalam , tapi yang dimaksud dengan cinta disini adalah cinta kepada tuhan, lebih luas mahabbah mempunyai pengetian
  1. memeluk, menjalankan perintah tuhan dan melawan, membenci hal-hal yang dilarang tuhan.
  2. berserah diri kepada tuhan
  3. mengosongkan diri dari segala hal-hal yang yang menduniawi kecuali dari Dzat yang dicintai.
Dengan keterangan diatas jelas bahwa mahabbah adalah cinta yang tidak mengharapkan apapun yang menduniawi, tentunya mahabbah sangat berbeda dengan Ar-Ragbah, karena Ar-Ragbah sebuah perasaan cinta yang tidak tulus akan tetapi mengharap sesuatu yang bersifat menduniawi, Ar-Ragbah lebih identik dengan cinta manusia kepada sepasang kekasihnya yang mengharapkan kesenangan dibalik rasa cintanya tersebut.
            Menurut al-shiraj sebagaimana yang dikutib Harun Nasution bahwa mahabbah sendiri mempunyai tiga tingkatan yaitu pertama cinta orang biasa, Mahabbah tingkat yang pertama ini diterapkan dengan menyebut Asma-asma dan  sifat-sifat allah melalui berdzikir untuk memperoleh kedekatan dan ketenangan. Selanjutnya cinta yang Ke dua mahabbah orang Shidiq, cinta yang mengenal terhadap kebesaran-kebesaran tuhan sehingga mahabbah tingkat ini menghilangkan  tabir-rabir yang membatasi manusia dengan tuhan sehingga dapat mengetahuai dan merasakan keagungan dan kebesaran tuhan, mengosongkan jiwa dan raga dan mengisinya dengan rasa kepada tuhan secara mendalam. Mahabbah yang ketiga yaitu cintanya orang yang arif, bukan rasa cinta lagi yang dirasakan akan tetapi dapat berhubungan langsung dan dapat  mengetehui tuhan dengan jelas.

3. Alat Untuk Mencapai Mahabbah
Menurut Harun Nasution alat untuk mencapai mahabbah ialah  dengan tiga alat
  1. Al-Qalbu atau sanubari sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat tuhan
  2. Ruh adalah alat untuk mencintai tuhan
  3. Sir  adalah alat untuk melihat tuhan, Sir  lebih halus dari pada roh dan roh lebih halus dari pada Qolbu

           


Tag : Tasawuf
Back To Top