Meretas Permasalahan Islam di Dunia

Mengambil Hikmah dari kisah Narsis

Sering sekali saya mendengar kata-kata Narsis dari teman, lebih-lebih ketika saya upload foto di facebook. Tapi saya tidak mengerti dengan narsis itu sendiri, sehingga saya penasaran untuk mengkaji asal usul dari kata Narsis sendiri karena ketika saya cari di kamus ternyata gak sesuai dengan  kenyataan yang terjadi dilapangan.

Akhirnya saya mencoba  membaca beberapa literatur yang ada di mbah google tentang seluk beluk narsis itu sendiri, ternyata dapat saya simpulkan sebagai berikut. Percaya atau tidak terserah anda karena saya aja masih ragu untuk mempercayainya karena dalam kisah ini ada istilah dewa dan peri. Aduhhhhh kayak di dalam syurga aja nichhh kok ada bidadarinya segala. Tapi bagi saya benar atau tidak tentang kisah tersebut kurang begitu penting yang penting saya dapat mengambil hikmah dari kisah tersebut sebagai modal bagi masa depan hidup saya.


Kata Narsis berasal dari kisah yunani tentang kehidupan seorang dewa yang bernama Narcissus. Ia adalah putra dari seorang dewa sungai, Cephissus. Ibunya seorang bidadari yang bernama Liriope.

Narchissus terkenal sebagai seorang dewa yang sangat tampan, sehingga banyak para gadis yang menyukainya akan tetapi cinta semua gadis ditolaknya karena dirinya merasa sebagai seorang yang tampan.

Disuatu tempat ada seorang peramal yang sangat terkenal dan ramalannya sering tepat dengan kenyataan. Peramal tersebut bernama Tiresias, orang-orang banyak datang kepadanya untuk meramalkan masa depan hidupnya. Liriope selaku ibu dari Narcissus juga datang kepada peramal tersebut untuk melihat umur putranya hidup di dunia. Sang peri tanya kepada perama tersebut “ Apakah putraku bisa hidup di dunia lama?” “Bisa” jawab si peramal “Asalkan tidak melihat dan kagum terhadap wajahnya sendiri” jawab seorang peramal peramal tersebut.

Pada suatu hari ia pergi kehutan dengan para teman-temannya untuk memburu rusa, ia dirayu seorang peri cantik yang bernama ekho akan tetapi cinta ekho ditolak oleh Narcissus. Bukan hanya cinta ekho saja yang ditolak oleh Narcissus, pemuda dan pemudi sering ditolak cintanya.
Ditengah-tengah hutan rimba tersebut ada kolam airnya sangat jernih, tidak ada seorang pengembala yang mengunjungi kolam tersebut, tidak ada seekor burungpun yang datang untuk mengotorinya, bahkan ranting pohonpun tidak pernah mengotori ketenangan air kolam tersebut. Disekitar kolam tersebut tanahnya datar dan ditumbuhi rumput yang sangat sejuk.

Datanglah Narcissus kekolam tersebut, ia senang melihat keteduhan air kolam tersebut. Kemudian ia berbaring ditepi kolam tadi, kemudian ia memandang bayangan wajahnya didalam air. Ia salut terhadap bayangan wajahnya yang tampan rupawan, leher halus, pipi mulus, bibir indah dan sebagainya sehingga ia mencintai dan mendambakan ketampanannya sendiri. Saking salutnya melihat bayangan wajahnya ia tidak pernah puas dan tiada henti-hentinya mencintai wajahnya sendiri, dan ia sangat bangga dengan dirinya sendiri.  Akhirnya ia tenggelam dalam kolam tersebut karena mengejar bayangan wajahnya  kedalam air.

Itulah kisah Dewa narcissus yang sangat mendambakan ketampanannya, sehingga ia celaka dengan ketampanannya. Berarti dapat disimpulkan narsis adalah seorang yang merasa dirinya tampan, mendambakan dirinya sendiri.

Wajah tampan dan cantik perlu disyukuri karena anugerah dari Allah SWT, akan tetapi ketampanan maupun kecantikan akan menjadi celaka bila tidak disertai dengan perilaku hati yang baik. Karena Ketampanan dan kecantikan pada dasarnya cobaan manusia hidup di dunia ini sebagaimana firman Allah:
Artinya: Tiap - tiap yang berjiwa akan merasakan mati . kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan ( yang sebenar - benarnya ) . Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan (21:35).

Sebanarnya setiap manusia mempunyai sikap Narsisisme, tapi bila sifat Narsis  berlebihan akan menimbulkan sikap meremehkan orang lain dan mengagumkan dirnya sendiri pada akhirnya ia menjadi pribadi yang sombong. Islam sangat mengecam sikap sombong, sebagaimana firmanya:
Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung ( Al-Isra’:37)

Dalam ayat tersebut Allah SWT sangat mengecam dan mengutuk bagi manusia yang hidup dimuka bumi dengan berperilaku sombong.

Marilah kita berkotemplasi terhadap perilaku hati kita agar senantiasa menjauhi sikap sombong, bagi saya salah satu kunci sukses dan lancar menjalani usaha kita, perbanyaklah memohon pertolongan kepada Allah SWT dan jauhi sikap sombong. Karena selama ketika bersikap sombong niscaya pertolongan Allah SWT tidak akan berpihak kepada kita.

Tag : Artikel
Back To Top