Meretas Permasalahan Islam di Dunia

Antisipasi Tawuran Pelajar



Pendidikan adalah salah jalan untuk mencetak manusia yang mempunyai kualitas yang mulia baik dalam segi etika, pola pikir, dan kecakapan hidup.  Semakin tinggi pendidikan seseorang maka perilaku sangat membedakan antara satu sama lain. Para ahli pendidikan hari demi hari mendesain kurikulum dan menejemen pendidikan untuk mencapai arah tujuan yang lebih baik, bahkan pada saat ini telah para ahli pendidikan telah menerapkan pendidikan berkarakter.

Tapi meskipun demikian pendidikan khususnya dilembaga sekolah formal tidak terlepas dari problem, problem tersebut bukan hanya berupa tidak tercapai tujuan pembelajaran di dalam kelas, jelas jauh dari itu para pelajar sendiri sering tawuran tiada habis-habisnya sehingga sangat meresahkan guru sekolah, masyarakat, dan orang tua khususnya yang berusaha payah menginginkan anaknya untuk berprestasi. Lihat di sini


Sebenar kurikulum sendiri khususnya agama telah memasukkan pembelajaran akhlak terpuji dan nilai-nilai religius lainnya yang dianggap membimbing para siswa. Tapi masih saja para pelajar yang tawuran. Itu semua menunjukkan gagalnya pendidikan akhlak yang ada disekolah, entah kurikulumnya yang salah, kurangnya keteladanan dari seorang guru, kurangnya kompetensi guru untuk memberikan materi, atau kurang kesungguhan siswa untuk belajar, dan lain-lain.

Rata-rata pelaku tawuran dilakukan oleh para pelajar dijenis pendidikan yang berbeda, misalnya anak SMA tawuran dengan SMK, SMA dengan MA atau bisa saja terjadi antar jenis pendidikan. Mungkin hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan jati dirinya atau meninggikan martabat lembaga sekolahannya.

Untuk mengatasi  masalah-masalah tersebut tidak semudah yang kita pikirkan, saya hanya berpikir falsafah dalam penyelesaian masalah ini.  

Salah satu jalan yang terbaik agar anak terhinda dari tawuran adalah pihak sekolah sesering mungkin menjalin hubungan komunikasi antar sekolah, komunikasi tersebut dapat berupa studi banding. Misalnya diadakan pertandingan persahabatan olah sepak bola, basket, volli bal dan lain- lain, sehinngga dengan diadakannya hal tersebut para siswa mendapatkan keakraban dan terjalin rasa persaudaraan.

Disamping itu sang guru harus sering berkomunikasi dengan para  wali murid untuk mengawasi anaknya seketat mungkin, karena perilaku anak 75 % dikendalikan oleh orang tua, pendidikan disekolah hanya bagian terkecil dari pada perilaku anak untuk berperilaku yang baik. Jika orang tua tidak jelas statusnya dan tidak mempedulikan perilaku anak, saya kira sangat sulit seorang anak akan mempunyai tingkah laku yang baik.  Mana mungkin seorang guru akan memberikan pengawasan setiap hari kepada siswa dan siswinya. Jadi intinya orang tua harus memberikan pembinaan akhlak dan pengawasan yang baik seketat mungkin, pendidikan tidak sepenuhnya diserahkan kepada pihak sekolah.

Mungkin salah satu penyebab mengapa seorang pelajar bersemangat mengikuti tawuran adalah, akibat pengaruh adegan sinetron. Sekarang ini ada sebuah film yang berjudul Crow Zero ( Mau lihat download di sini) diproduksi oleh Jepang sampai dua sesi, adegan film ini menayangkan anak sekolah tingkat atas  yang tawuran besar-besaran antar sekolah tiada henti-hentinya. Yang sangat lucu dalam film itu proses pembelajaran di dalam kelas sedikit ditayangkan, kalau gak salah cuman satu kali. Saya sarankan kepada orang tua maupun tenaga pengajar untuk selalu mengingatkan kepada peserta didiknya agar menjauhi penontonan film seperti itu, karena akan merusak mental dan pola pikir pelajar.


Mutu  pendidikan sekolah juga menentukan para siswa untuk menghindari tawuran, semakin bermutu pendidikan di sekolah maka semakin kecil para siswa untuk mengikuti tawuran. Mutu pendidikan tidak hanya dilirik dari sarana dan prasaran yang megah, akan tetapi kedisiplinan dan keaktifan guru dalam mengajar sangat menentukan mutu sekolah. Jangan harap guru tidak aktif dan disiplin masuk kelas akan membuahkan seorang siswa yang mempunyai karakter yang baik karena kekosongan pembelajaran di dalam kelas akan menghantarkan kepada siswa untuk membolos dari sekolah ketika sudah membolos kecenderungan berbuat negatif akan terjadi, maka dari itu kepala sekolah harus bersikap tegas kalau perlu dengan jalan otoriter untuk mengawasi para guru yang tidak aktif. Kayaknya percuma kalau cuman siswa yang diberikan pengawasan sementara gurunya sendiri tidak diberikan pengawasan, yang lebih parah lagi jika kepala sekolahnya sendiri yang tidak aktif. Jika hal seperti terjadi maka beriaplah-siaplah sekolah maupun madrasah akan menjadi sumber tawuran.[]


Tag : Writing Day
Back To Top